Senin, 29 November 2010

GUNUNGJAYA , DESA ODF PERTAMA di KABUPATEN BREBES

Saat pelaksanaan peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) Indonesia ke – 46 di Kabupaten Brebes yang dipusatkan di Kecamatan Sitanggal, terlihat pemandangan yang berbeda dari pelaksanaan HKN tahun sebelumnya. Peringatan HKN ini bukan hanya dihadiri oleh seluruh komponen bidang kesehatan, tapi juga dihadiri oleh segenap stakeholder dari bidang lain, termasuk di dalamnya adalah petinggi pemerintah Kota Bawang yang memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan.
Namun bukan semua hal tersebut yang membedakan peringatan HKN kali ini, tetapi tampak seorang Kepala Desa berdiri dengan tegap di antara beberapa petugas kesehatan dan perwakilan sekolah yang memiliki prestasi yang baik dalam bidang kesehatan.
Dia adalah Tuswa Sujatmoko, seorang Kepala Desa Gunungjaya, Kecamatan Salem, Kab. Brebes, Jawa Tengah yang berada di antara barisan orang penerima penghargaan atas segala pencapaian prestasinya.
Kehadirannya sebagai salah satu penerima penghargaan karena desanya, Desa Gunungjaya berhasil memperoleh penghargaan atas prestasinya sebagai desa pertama di Kabupaten Brebes yang memperoleh predikat ODF (Open Defecation Free).

Pemerintah Kabupaten Brebes melalui Dinas Kesehatan Brebes memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada masyarakat Desa Gunungjaya yang diwakili oleh Tuswa Sujatmoko, atas prestasinya membawa Desa Gunungjaya sebagai desa pertama yang masyarakatnya memiliki tingkat kesadaran dan perhatian yang tinggi dalam upaya mewujudkan stop buang air besar sembarangan (STOP BABS). Penghargaan dan ucapan selamat disampaikan langsung oleh Wakil Bupati Brebes.
Muhtar selaku Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes mengatakan, penghargaan tersebut mungkin nilainya tidak seberapa. Namun yang diharapkan adalah esensi nilai sebagai rasa syukur dan terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya atas segala kerjasama dan kerja keras seluruh masyarakat Desa Gunungjaya dari Pemerintah Kabupaten Brebes.
“Desa Gunungjaya adalah yang pertama dan sebagai pelopor. Mudah-mudahan desa yang lain dapat terpacu dan mencapai ODF pula,” ujar Muhtar
Program Pamsimas di Desa Gunungjaya mulai bergulir pada Juni tahun 2010. Hasil kegiatan identifikasi masalah pada awal program bergulir, cakupan sanitasi di masyarakat Desa Gunungjaya sudah cukup baik. Jumlah kepala keluarga yang memiliki akses terhadap jamban sebanyak 239 atau sekitar 80% dari jumlah keseluruhan kepala keluarga di Desa Gunungjaya.
Besarnya jumlah akses jamban tersebut tidak lepas dari proses relokasi wilayah desa akibat bencana longsor. Proses tersebut memaksa masyarakat untuk membangun rumah yang baru dan lebih baik. Sehingga biasanya ketika membangun rumah baru sudah dilengkapi jamban.
Secara geografis Desa Gunungjaya yang memiliki ketinggian 750 m di atas permukaan laut itu terletak di dataran tinggi wilayah pemerintahan Kecamatan Salem. Karena termasuk wilayah perbukitan dengan curah hujan yang cukup tinggi, karakter tanah di desa ini termasuk yang labil dan mudah longsor.
Dikelilingi Hutan Perhutani dan ladang pertanian terutama sawah dimana jarak dari pusat pemerintahan kecamatan adalah 10 km atau 15 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor, Desa Gunungjaya memiliki jumlah penduduk sebanyak 970 jiwa dan 286 kepala keluarga (KK). Wilayah pemerintahannya terdiri dari 2 rukun warga (RW) dan 4 rukun tetangga (RT). Sebagian besar penduduknya memiliki mata pencarian sebagai petani. Memiliki 1 Sekolah Dasar (SD) dan 2 Masjid serta 1 Poliklinik desa.
Pencapaian ODF oleh Desa Gunungjaya tidak terlepas dari dukungan semua pihak. Hasil ini merupakan hasil kerja keras semua pihak terutama Dian (Fasilitator kesehatan), Bidan Yuli, Sanitarian dan rekan kader kesehatan.
“Tentu saja hal ini sangat membanggakan bagi saya pribadi dan masyarakat Desa Gunungjaya. Terlebih kami yang pertama di Kabupaten Brebes yang sudah ODF,” tandas Tuswa Sujatmoko
Tuswa mengatakan, kerjasama antara bidan desa dan kader kesehatan, fasilitator kesehatan serta aparat desa berjalan sinergis. Sehingga apabila ada kesulitan, solusi bisa didiskusikan bersama.
“Saat ini jumlah jamban di Desa Gunungjaya sudah 263 jamban dan melayani 970 jiwa atau 100% penduduk Desa Gunungjaya. Sehingga status ODF sudah dicapai oleh Desa Gunungjaya. Untuk selanjutnya adalah ada langkah atau tindak lanjut dalam menjaga dan memelihara desa yang ODF,” lanjutnya

Kegiatan verifikasi pencapaian ODF desa dilakukan oleh konsultan pendamping, petugas Puskesmas, perwakilan desa dan tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes. Verifikasi dilaksanakan terhadap rumah dan kepala keluarga secara acak dan dilakukan secara marathon. Verifikasi pertama dilaksanakan pada 4 Nopember 2010 oleh konsultan pendamping dengan mengunjungi 15 rumah.
Verifikasi kedua dilaksanakan pada 8 Nopember 2010 oleh petugas Puskesmas dan Konsultan pendamping. Sedangkan verifikasi yang ketiga dilaksanakan pada 9 Nopember oleh petugas Puskesmas dan tim dari Dinas Kesehatan Brebes. (Ichwanudin-HHS DMAC Kab. Brebes;)

Jumat, 08 Januari 2010

Gua Kreo , Ngaliyan Semarang


Tempat semedi Sunan Kalijaga






Desa Wisata Lembah Kalipancur, Ngaliyan



Pemancingan dan saung lesehan , Desa Wisata Lembah kalipancur.
Fasilitas : ikan bakar, pijat ikan, jalan refleksi



Sabtu, 14 November 2009

LINGKUNGAN SEHAT RAKYAT SEHAT

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing manusia.

Menurut Hendrik .L. Blum (1974) derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan medis dan keturunan. Diantara keempat faktor tersebut yang sangat berpengaruh adalah keadaan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan , baik masyarakat di perkotaan maupun perdesaan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat di bidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi.

Lingkungan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan bebas dari polusi, tersedia air bersih, sanitasi yang memadai, perumahan, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dalam memelihara nilai – nilai budaya bangsa.

Lingkungan mempunyai dua unsur pokok yang sangat erat terkait satu sama lain yaitu unsur fisik dan sosial. Lingkungan fisik dapat mempunyai hubungan langsung dengan kesehatan dan perilaku sehubungan dengan kesehatan seperti polusi air akibat pembuangan limbah ke sungai yang dapat menimbulkan Diare, ISPA dan lainnya. Lingkungan social seperti ketidakadilan sosial yang dapat menyebabkan kemiskinan yang berdampak terhadap status kesehatan masyarakat yang berakibat timbulnya penyakit berbasis lingkungan.

Kualitas lingkungan merupakan determinan penting terhadap kesehatan masyarakat, penurunan kualitas lingkungan memiliki peran terhadap terjadinya beberapa penyakit.

Kita telah tahu bahwa pemanasan global akan menyebabkan kesakitan dan kematian bagi umat manusia di kemudian hari. Pemanasan global adalah salah satu fenomena yang muncul sebagai dampak dari perubahan iklim, hal ini ditandai dengan adanya kekeringan yang berkepanjangan, permukaan es di kutub utara yang semakin menipis, banjir yang terus menerus dan kebakaran hutan. Fenomena alam yang sudah sedemikian nyata ini, tidak hanya berpengaruh terhadap lingkungan tapi juga pada kesehatan dan kehidupan manusia secara global baik secara langsung maupun tidak langsung.Satu contoh dampak yang telah kita ketahui yaitu suhu udara yang meningkat disertai dengan curah hujan yang tinggi dapat meningkatkan populasi nyamuk di daerah tropis, kondisi ini dapat mencetuskan penyakit yang ditularkan nyamuk, seperti Malaria dan Demam Berdarah. Curah hujan yang tinggi turut membantu penyebaran penyakit – penyakit ini. Suatu studi menyebutkan bahwa suhu udara yang tinggi dapat memperluas wilayah terbang nyamuk dan membuat nyamuk bertahan hidup lebih lama dan hal ini akan meningkatkan wabah penyakit menjadi lebihluas.
Kualitas udara tidak hanya dipengaruhi oleh polusi asap kendaraan dan industri, namun juga oleh peningkatan suhu udara itu sendiri yang dapat menimbulkan dampak yang sama disertai dengan bertambahnya jumlah lubang ozone. Suhu udara yang meningkat juga dapat mencetuskan gelombang panas berbahaya yang dapat menimbulkan suatu “heat stroke” . Secara normal, apabila “termostat” alami pada tubuh manusia tidak dapat menahan suhu panas yang terlalu berlebihan dan suhu tubuh dapat meningkat dengan cepat, maka tubuh kita akan memberikan suatu reaksi. Secara normal kita akan berkeringat untuk menurunkan suhu tubuh, namun hal ini tidak cukup apabila rasa panas yang timbul sangat intens. Heat Stroke adalah suatu kondisi serius yang dapat menyebabkan kematian / kecacatan apabila tidak ditangani dengan tepat.Selain itu juga perubahan iklim menyebabkan adanya perubahan radiasi sinar ultraviolet yang dapat meningkatkan resiko kanker kulit. Perubahan kualitas udara menimbulkan reaksi alergi dan infeksi karena debu dan paparan bahan kimia logam karena tercampur dengan asap kendaraan bermotor.
Penyakit berbasis lingkungan yang menjadi pola kesakitan dan kematian mengindikasikan rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan disamping kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan masih rendah yang mengakibatkan berbagai penyakit mudah muncul dan berkembang. Di samping itu, gangguan penyakit juga menyerang pada sebagian masyarakat miskin dan bergizi buruk.

Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 24% dari penyakit disebabkan oleh segala jenis faktor lingkungan yang dapat dicegah. Diperkirakan pula bahwa lebih dari 13 juta kematian tiap tahun disebabkan faktor lingkungan . Hampir sepertiga kematian dan penyakit pada sedikit negara maju disebabkan faktor lingkungan. Kelompok masyarakat rentan juga tidak luput dari pengaruh lingkungan terhadap kesehatan mereka.Diestimasikan bahwa lebih dari 33% penyakit pada Balita disebabkan oleh paparan lingkungan.

Selama ini kita sibuk sebagai pemadam kebakaran, bukan melakukan pencegahan pada sumber api. Kejadian Luar Biasa (KLB) berbagai penyakit menular muncul secara bergantian dalam beberapa tahun terakhir. Tidak saja Flu Burung yang merebak, tetapi juga penyakit lain yang sampai sekarang masih menjadi masalah dan perlu perhatian serius. Keadaan itu tidak terlepas dari peningkatan penduduk serta degradasi kualitas fungsi lingkungan, sebagai akibat pembangunan yang tidak berpihak kepada lingkungan. Penyimpangan pemanfaatan dan perubahan tata ruang yang tidak sesuai fungsinya, juga turut memberikan kontribusi munculnya kasus-kasus penyakit.

Membenahi lingkungan agar tetap sehat adalah suatu keharusan tetapi bukan semata-mata tanggungjawab jajaran kesehatan, melainkan tanggungjawab pemerintah daerah dan setiap individu dalam masyarakat untuk mengajak berbagai pihak membangun lingkungan sehat, desa/kelurahan sehat, kecamatan dan kabupaten/kota sehat termasuk lingkungan perumahan, pendidikan, tempat – tempat umum, lingkungan kerja/industri.
Oleh karena itu kedepan semakin dibutuhkan upaya yang intensif dan serius dari banyak pihak terkait untuk melakukan intervensi terhadap faktor lingkungan.

Di masa otonomi daerah, mengupayakan lingkungan sehat di suatu wilayah, tentu tidak bisa bergantung sepenuhnya pada pemerintah pusat. Pemerintah daerah sendirilah yang lebih tepat menentukan programnya karena pemerintah daerahlah yang lebih memahami kekurangan dan kelebihan wilayahnya dan warganya.

Apabila manusia berperilaku hidup sehat maka semakin rendah resiko masyarakat mengalami gangguan kesehatan. Demikian pula halnya dengan faktor lingkungan, semakin sehat lingkungan di mana dia hidup bekerja, tempat umum dan transportasi, makin rendah resiko mengalami gangguan kesehatan.

Hal itu memerlukan peran dan dukungan kemampuan perencanaan daerah, untuk itu perlunya meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat dalam bidang kesehatan dan lingkungan. Serta perlu juga digali kearifan lokal berkaitan dengan kesehatan yang berkembang dalam masyarakat. Sekali lagi diketahui lingkungan sangat mempengaruhi kesehatan dan hal ini menunjukkan bahwa investasi yang bijaksana untuk menciptakan lingkungan yang baik dapat menjadi strategi yang berhasil dalam meningkatkan kesehatan dan mencapai pembangunan yang berkesinambungan.